Sejarah Singkat
Romo Fransiskus Georgeus Josephus
Van Lith, atau yang akrab dengan panggilan Rm. Frans Van Lith, lahir di
Oirschot, Belanda pada tanggal 17 Mei 1863. Beliau adalah seorang imam
dari serikat Jesuit. Namanya kemudian di kenal sebagai misionaris pertama yang mengenalkan agama Katholik di Pulau Jawa. Romo
Frans Van Lith pertama kali datang ke Pulau Jawa pada tahun 1896 di
kota Semarang. Untuk menyukseskan karya misionernya di Pulau Jawa, Romo
Van Lith mulai mempelajari Bahasa Jawa. Tujuannya adalah agar ia dapat
berkomunikasi dengan rakyat setempat dan sekaligus dapat menyampaikan
ajarannya sesuai dengan budaya dan adat setempat.Setelah berhasil
menyatu dan berdinamika dengan rakyat, pada tanggal 14 Desember 1904,
Romo Van Lith membaptis sebanyak 171 warga desa Kalibawang di
Sendangsono, merekalah pribumi pertama yang menjadi Katholik. Peristiwa ini kemudian dipandang sebagai lahirnya Gereja di
tanah Jawa. Selain itu beliau juga memberikan karya besar dibidang pendidikan dan politik bangsa Indonesia. Romo Van Lith meninggal pada tanggal 9 Januari 1926 pada usia 62 tahun.
Bagi keluarga besar SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan, 17 Mei nampaknya menjadi sebuah tanggal bersejarah. Hari kelahiran sang pendiri sekolah ini diperingati setiap tahunnya. Terlebih pada hari ini 17 Mei 2013, tepat 150 tahun dari kelahiran sang misionaris.
Bukanlah suatu hal yang salah apabila dari tahun ke tahun Hari Van Lith diperingati dengan berbagai rangkaian kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Namun sadarkah kita, terkadang dibalik setiap kegiatan yang kita laksanakan dengan judul "Peringatan Hari Van Lith", tujuan yang kita capai belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang seharusnya. Sering kali kita justru terkesan melupakan makna penting dibalik setiap peringatan Hari Van Lith.
Memang
harus kita akui bahwa rangkaian acara-acara yang menarik akan
mengundang antusiasme dari berbagai pihak dan kalangan. Namun apa lah
arti sebuah antusiasme jika yang menjadi target didalamnya adalah sebuah
acara, penampilan maupun pertunjukan hiburan semata. Bukankah yang
seharusnya menjadi target setiap peringatan Hari Van Lith adalah
penanaman dan pengembangan visi-misi Romo Van Lith? Maka antusiasme di
balik hingar bingar rangkaian Hari Van Lith ini akan menjadi lebih
berharga apabila di dalamnya mampu terlahirkan kembali cita-cita dan
semangat berkarya yang selama ini telah dicerminkan oleh Romo Van Lith.
Boleh saja kita turut merayakan Hari Van Lith dimana pun kita berada, tapi satu hal yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai perayaan ini. Janganlah kita ikut bersorak-sorai tanpa tahu apa maknanya.
Hari Van Lith sudah selayaknya menjadi sebuah momen dimana kita sebagai putera-puteri Van Lith mulai menengok ke dalam diri kita masing-masing, sudah sejauh mana teladan Romo Van Lith berkembang dalam diri kita. Sudahkah kita benar-benar meneladan sosoknya? Sudahkah kita menjadi putera-puteri Van Lith? Apakah api cita-cita dan semangat Romo Van Lith masih berkobar seperti yang dulu? Bagaimana jadinya jika ternyata semangat Van Lith dalam diri kita yang kita bangga-banggakan dimanapun setiap waktu, pada kenyataannya telah menjadi sesuatu yang semakin lama semakin luntur dan hanya menjadi sebuah omong kosong. Jangan sampai kita terlambat menyadari.
Kita selalu bangga akan siapa pendiri sekolah kita, Romo Van Lith. Merasa bangga menjadi salah satu siswa dari sekolah yang didirikannya. Tetapi bukankah setiap orang juga dapat sekadar berbangga akan hal itu? Setiap orang yang mengenal sosok Romo Van Lith dapat dengan mudah bangga terhadap beliau. Maka sesungguhnya kita baru akan dapat berbangga jika kita telah mampu membuat setiap orang yang mengenal kita melihat pribadi kita sebagai pribadi berkarakter, buah didikan Romo Van Lith.
Hari Van Lith adalah sebuah momen wajib bagi kita untuk berrefleksi diri, setidaknya untuk setiap tahunnya, namun yang terpenting cita-cita dan semangat Romo Van Lith haruslah kita terapkan setiap hari.
Selamat Memperingati 150 Tahun Hari Van Lith. Viva Van Lith!
--@PojokVanLith
Boleh saja kita turut merayakan Hari Van Lith dimana pun kita berada, tapi satu hal yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai perayaan ini. Janganlah kita ikut bersorak-sorai tanpa tahu apa maknanya.
Hari Van Lith sudah selayaknya menjadi sebuah momen dimana kita sebagai putera-puteri Van Lith mulai menengok ke dalam diri kita masing-masing, sudah sejauh mana teladan Romo Van Lith berkembang dalam diri kita. Sudahkah kita benar-benar meneladan sosoknya? Sudahkah kita menjadi putera-puteri Van Lith? Apakah api cita-cita dan semangat Romo Van Lith masih berkobar seperti yang dulu? Bagaimana jadinya jika ternyata semangat Van Lith dalam diri kita yang kita bangga-banggakan dimanapun setiap waktu, pada kenyataannya telah menjadi sesuatu yang semakin lama semakin luntur dan hanya menjadi sebuah omong kosong. Jangan sampai kita terlambat menyadari.
Kita selalu bangga akan siapa pendiri sekolah kita, Romo Van Lith. Merasa bangga menjadi salah satu siswa dari sekolah yang didirikannya. Tetapi bukankah setiap orang juga dapat sekadar berbangga akan hal itu? Setiap orang yang mengenal sosok Romo Van Lith dapat dengan mudah bangga terhadap beliau. Maka sesungguhnya kita baru akan dapat berbangga jika kita telah mampu membuat setiap orang yang mengenal kita melihat pribadi kita sebagai pribadi berkarakter, buah didikan Romo Van Lith.
Hari Van Lith adalah sebuah momen wajib bagi kita untuk berrefleksi diri, setidaknya untuk setiap tahunnya, namun yang terpenting cita-cita dan semangat Romo Van Lith haruslah kita terapkan setiap hari.
Selamat Memperingati 150 Tahun Hari Van Lith. Viva Van Lith!
--@PojokVanLith
No comments:
Post a Comment