Pages

Thursday, 16 May 2013

Renungan Malam di Tanah Perantauan

Jam dikomputer jinjing saya menunjukan pukul 00.15, baru saja sebuah tugas yang diberikan dosen telah saya garap walaupun belum selesai. Sesuai dengan tipe-tipe orang pada umumnya, musik menjadi pendamping dalam aktivitas yang mengharuskan saya untuk berkonsentrasi, kerja pribadi, dan fokus pada satu hal. Tugas tadi saya kerjakan sembari mendengarkan musik yang saya putar acak di Media Player saya. Tombol save dan exit sudah saya klik, kini masih terputarlah sebuah lagu jadul. Cukup lama saya merasa terpana dengan lagu ini, bukan hanya karena lirik lagu dan pembawaan sang vokalis, tetapi juga karena betapa banyak kenangan yang terdapat dalam lagu ini. Lagu ini seolah memutar kembali pikiran saya kepada masa-masa sekolah saya. Tidak terasa sudah dipenghujung dari lagu tersebut, dan seketika itu saya tersadar bahwa dari tadi saya hanya diam, mengenang kembali masa-masa muda saya di tempat itu, sambil tentunya tersenyum sendiri ketika hadir memori yang lucu tentang suatu momen atau personal seseorang dimasa muda saya itu.

Ya, tak terasa bagi saya, waktu berjalan sangat cepat. Lagu tadi itu seolah membuka kembali peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi waktu itu. Teman. Dalam situasi seperti ini, salah satu yang saya ingat kembali adalah teman-teman akrab saya dahulu, teman akrab di kelas maupun asrama. Semua seperti terputar kembali dikepala, bagaimana saat itu keadaan kelas dengan berbagai kondisi, berbagai kondisi yang saya maksud adalah lingkungan, pengajar, dan apa saja yang saya lakukan dengan teman-teman akrab saya. Rasanya waktu itu saya sering sekali untuk bercanda gurau, hanyut dalam gelak tawa, dan cerita. Berbagai cerita kerap sekali kami bagikan, entah yang bersifat humor maupun yang bersikap personal. Dahulu, saya mungkin terhitung murid yang tau diri, tau diri ketika harus gila dalam hal-hal gila dalam nuansa persahabatan, tetapi diwaktu yang sama juga saya masih bisa mengontrol diri saya sehingga masih dalam batas wajar kegilaan. Saya sangat merasakan sekarang, bagaimana saya dulu meluapkan kebahagiaan itu bersama teman-teman saya.

Kini, saya kembali tersadar kehidupan masa kini saat saya kembali melihat ke arah komputer jinjing, ke setiap sudut ruangan kost-kostan ini, ke arah tumpukan buku-buku tebal yang menjadi bacaan wajib para mahasiswa, dan ke arah luar kost saya terdapat berderet pintu-pintu penghuni kost lainnya. Bagaimana rasanya hidup sendiri sangat terasa sekali perbedaannya.Dahulu mungkin jam segini masih ada yang sedang belajar ekstra demi memahami materi atau karena besoknya ulangan. Dahulu pasti makan selalu ber-ramai-ramai. Makan di refter menurut saya pribadi selalu menjadi ajang sharing bagi para penghuni meja makan tentang kejadian apa saja yang telah dialami si pelaku dalam satu hari tadi. Makan pun selalu pada jam yang sama setiap harinya. Sekarang kalau makan, saya selalu sendiri atau minimal bersama teman kelas, belum lagi saat bingung memilih makanan apa yang akan disantap, nampaknya hal tadi masih mending, yang lebih parah lagi mungkin kalau bingung karena tanggal tua, menu makan harus ekstra dalam pemilihannya. Dahulu, makanan selalu ada bagi para penghuni asrama, tetapi mereka selalu tertarik untuk makan di luar asrama. Sedih sekali bukan ketika menyadari hal itu?

Dan ada pertanyaan yang seketika muncul dibenak saya, "Apa kabar kalian, teman?". Sudah lama rasanya saya tidak bercanda gurau lagi, tidak mengingat hal-hal gila yang kita lakukan, tidak lagi berbagi cerita kisah-kisah yang sekiranya perlu untuk diceritakan dan dibagikan, tidak lagi membuat lelucon-lelucon. Teman, rasanya baik sekali kalau kita sedikit meluangkan hidup kita ini untuk teman-teman lama kita. Rutinitas mahasiswa sibuk rasanya bisa sedikit terhibur oleh kehadiran teman-teman tadi.

Sudahkah anda menanyakan kabar teman-teman lama anda?
#np Sheila on 7 - Sahabat Sejati

--@PojokVanLith

No comments: