Pages

Sunday, 5 May 2013

Masuk ke Dalam Masa-Masa Transisi

Transisi atau perubahan, pasti semua orang pernah mengalami suatu perubahan, baik perubahan fisik yang dapat terlihat, maupun perubahan sifat yang harus disadari melalui berbagai refleksi dan pengolahan diri. Tidak terkecuali bagi para anak-anak Van Lith yang mengalami perubahan struktur hidup setelah mengalami hidup berasrama. Ya, pola hidup berasrama di Van Lith memang diharapkan membawa perubahan sifat positif bagi para penghuninya. Banyak sekali dari kita yang selalu menginginkan perubahan positif setelah masuk asrama. Disiplin, Tanggung Jawab, dan Mandiri adalah kata-kata yang sering sekali kita dengar didalam wawancara tes masuk, didalam percakapan orang tua kepada kolega-koleganya ketika bercerita tentang betapa bangganya mereka memasukkan anak-anak mereka di dalam lingkungan asrama, dan masih banyak lagi.

Mungkin banyak sekali dari kita yang mendengar suatu statement bahwa masuk asrama bisa benar-benar merubah sifat seseorang menjadi sangat positif tetapi juga bisa merubah menjadi sangat negatif. Yap, saya sangat setuju sekali dengan statement diatas. Tetapi bagaimanapun juga keteguhan mental anak tersebutlah yang seharusnya menjadi salah satu faktor dalam perubahan sifat anak tersebut, tidak melulu lingkungan yang harus dipersalahkan dalam perubahan sifat seseorang.

Kembali ke transisi tadi, banyak orang tua berharap bahwa asrama dapat merubah sifat anak menjadi lebih baik. Sikap tersebut tidak berlebihan, karena menurut pengalaman pribadi pun saya merasakan hal itu. Namun, seringkali, banyak orang tua yang mengabaikan suatu dampak atau efek yang kurang baik dari memasukkan anak ke sistem asrama. Maka, demi mencegah hal itu, ada baiknya orang tua ikut berperan juga dalam mengetahui perkembangan anak di dalam lingkungan asrama. Komunikasi menjadi hal yang sangat penting demi mengetahui perkembangan si anak di asrama. Komunikasi dengan si anak sendiri maupun dengan pamong asrama rasanya menjadi hal yang bukan lagi perlu tetapi wajib bagi orang tua.

Biasanya  orang tua akan merasakan transisi anaknya ketika mereka menjalani liburan di rumah. Orang tua harus menemukan perubahan apa yang dialami si anak, melalui pendekatan komunikasi maupun melihat sikap si anak di rumah. Menurut saya pribadi, perubahan si anak sesungguhnya baru dapat dilihat di tahun kedua. Pada tahun pertama, anak cenderung merasa bahwa ia harus bersikap baik di rumah karena merasa pendidikan di asrama mengajarkan hal demikian. Mereka bangga membawa pulang perubahan positif yang ia peroleh dari asrama.

Di tahun kedua barulah orang tua harus benar-benar memperhatikan perubahan sesungguhnya pada sang anak ketika mereka pulang. Berbeda dengan tahun pertama dimana si anak masih antusias dengan sistem asrama yang mereka anggap positif (dan memang sebenarnya positif jika benar-benar ditaati, menggunakan rasa, akal budi, dan kesadaran dalam menjalani rutinitas asrama). Perbedaan yang terjadi disini ialah pemahaman anak tentang seluk-beluk rutinitas asrama, mencari celah-celah dalam rutinitas, dan mulai merasa jenuh dengan keseharian asrama. Secara sadar atau tidak sikap-sikap diatas sebenarnya sudah menutup pintu ke-antusias-an, ke-bangga-an, dan ke-sadar-an anak dalam menjalani kehidupan asrama. Sehingga kebanggaan yang mereka rasakan ditahun pertama seolah-olah hilang begitu saja, sikap bangga akan perubahan positif yang mereka bawa ketika pulang ke rumah pun menjadi kurang dirasakan disini.

Maka, betapa baiknya jika kepada mereka ditanamkan secara lebih mendalam tentang kebanggaan, kesadaran, dan keantusiasan dalam menjalani kehidupan asrama, khususnya di setiap tahun.
Bukankah dahulu asrama yang menjadi ciri khas SMA Pangudi Luhur Van Lith sangat dibangga-banggakan karena disipilin, tanggung jawab, dan kemandirian anak didiknya? Sudah menjadi pekerjaan kita bersama dalam membangun kembali rasa kebanggaan terhadap citra asrama kita. Karena rasa bangga, apresiasi, dan sikap memiliki seharusnya dapat membuat anak-anak asrama lebih sadar dalam menjalani kehidupan asrama. Dan dengan sikap dan perwujudan tadi maka secara pasti anak-anak yang menjalani rutinitas asrama dengan rasa sadar, bangga, apresiasi tinggi, dan rasa saling memiliki jelas akan mendapatkan apa yang orang tua inginkan dari tujuan memasukkan anak mereka ke asrama, yakni perubahan positif atau transisi positif.
Viva Van Lith! Maju terus semangat-mu!

Penulis adalah  Admin twitter @PojokVanLith

No comments: